Minggu, 28 Januari 2024

BERTEMU NABI, KH IDHAM CHALID: RASULULLAH BERSELIMUT BATIK

Tahun 1949 saat KH Idham Chalid (alm) ditawan oleh Belanda di Kandangan Kalimantan Selatan, besok ia akan dikirim ke akhirat. Kawan-kawan di kamar sebelah satu persatu ditembak mati.



Pada malam itu Pak KH. Idham Chalid baca istighfar, berwudhu, sholat isya, sholat hajat hingga 82 rakaat dan ditutup witir 3 rakaat, jadi 85 rakaat. Terus bersholawat dan bermunajat hingga tertidur.
Dalam tidur beliau bermimpi bertemu Rasulullah SAW. Kisah rincinya seperti ini:
“Mari ikut saya”, kata Abdul Manan kakak sepupu KH Idham.
“Kemana kak?
“Bertemu Rasulullah”.
“Ya Allah”
“Mari-mari”. Kami pun berjalan
“Bagaimana pakaian saya. Apa saya sudah cukup begini saja?”
“Tidak apa-apa. Itu bagus, Rasulullah juga tahu kamu sekarang dalam musibah, dalam ujian hidup”.
Lalu saya dibawa ke satu tempat melewati sebuah perguruan. Perguruan itu kelas saya. Kelas itu kosong, hanya ada papan tulis yang bertuliskan pelajaran khot. Tulisan itu berbunyi “Nashrun minallahi wa fathun qarib”. Itu rupanya isyarat dari Tuhan, bahwa kemenangan segera datang.
Kemudian saya terus berjalan sampai ke suatu tempat yang kosong. Saya merasa bahwa itu dalam suatu masjid, tetapi di suatu tanah lapang yang bersih. Terlihat ada dua tiang semacam maisan (batu nisan) di bawah sebuah pohon. Mungkin pohon itu pada waktu Rasulullah hidup masih ada.
“Duduklah disini”, sabda Rasulullah. Maka duduklah kami.
Tiba-tiba keluarlah seberkas cahaya, sesosok manusia yang mukanya bercahaya. Beliau berkain selimut batik. Lalu kata kakak saya, “Assalamu’alaikum ya Rasulallah”. Dijawab, “Wa alaikumussalam”.
“Ayo cium tangannya”, kata Kak Abdul Manan.
Saya mencium tangan beliau. Rasulullah memandang saya.
Kata kakak saya, “Ini adik saya”
“Ya, saya tahu”, kata Rasulullah.
Seingat saya waktu itu saya membaca shalawat, “Allahumma shalli ‘ala Sayyidina Muhammad. Assalamu’alaika ayyuhannabiyyu wa rahmatullah”.
Rasulullah sambil duduk dan berselimut batik menepuk bahu saya sebelah kiri.
Lalu, “Nak, kamu selamat”, ujar Rasul kepada KH Idham Chalid. Idham Chalid terbangun bersyukur dan bertahmid, ia yakin bahwa dirinya akan selamat. Dan Alhamdulillah, besok paginya tidak terjadi apa-apa.
Ditulis oleh Nur Hidayatullah (Alumnus MAK Normal Islam Rakha Amuntai), dikutip dari autobiografi KH Idham Chalid.
Yang mau tahu bagaimana kiprah perjuangan Ketua Umum PBNU (1956-1984) ini, bisa baca tulisan saya di jurnal ini http://jurnal.stit-rh.ac.id/.../idrak/article/download/1/1
KH Idham Chalid orang Indonesia pertama yang dianugerahi Doktor Honoris Causa Pertama dari Al-Azhar https://www.facebook.com/10000011.../posts/2618072138206490/
Kisah KH Idham Chalid dan Pangeran Antasari https://www.facebook.com/10000011.../posts/1652322104781503/
Walisongo Mengakui Kewalian KH Idham Chalid https://www.facebook.com/10000011.../posts/1446038618743187/
Semarang, 29 Jan 2022
Nur Hidayatullah