Senin, 07 Agustus 2023

Menjadi Pribadi Muslim yang Bermanfaat

Pada suatu hari, sepeninggal Rasulullah Saw, Sahabat Abu Hurairah r.a. sedang beri'tikaf di dalam Masjid Nabawi di kota Madinah Al Munawwarah. Beliau tertarik ketika mengetahui ada seseorang di masjid tersebut yang sedang bersedih di pojok masjid. Abu Hurairah pun menghampirinya, menanyakan kepada orang tersebut ada apa gerangan sehingga ia tampak bersedih. Setelah beliau mendengarkan keluh kesahnya dan mengetahui masalah yang menimpa orang itu, Abu Hurairah pun segera menawarkan bantuan.

"Mari keluar bersamaku, wahai saudara. Aku akan membantu memenuhi keperluanmu," ajak Abu Hurairah.

"Apakah kau akan meninggalkan i'tikaf demi menolongku?" tanya orang tersebut terkejut.

Abu Hurairah menjawab, "Ya. Sesungguhnya aku pernah mendengar Rasulullah Saw bersabda, 'Sungguh berjalannya seseorang di antara kamu untuk memenuhi kebutuhan saudaranya, lebih baik baginya daripada i'tikaf di masjidku ini selama sebulan' (H.R Tabrani)."

Sebagaimana Abu Hurairah, seorang Muslim seharusnya memiliki keterpanggilan untuk menolong saudaranya, memiliki jiwa dan semangat berbuat baik kepada sesama, serta memiliki karakter untuk menjadi pribadi yang bermanfaat bagi orang lain.

Kebaikan seseorang, salah satu indikatornya adalah sejauh mana dirinya bermanfaat bagi orang lain, keterpanggilan nuraninya untuk berkontribusi menyelesaikan masalah saudaranya. Bahkan manusia terbaik adalah orang yang paling bermanfaat bagi orang lain.

Seorang Muslim, setelah ia membingkai kehidupannya dengan misi ibadah kepada Allah Swt., maka orientasi hidup selanjutnya adalah memberikan manfaat kepada orang lain, menjadi pribadi yang bermanfaat bagi sesama. Siapapun Muslim itu, di manapun ia berada, dan apapun profesinya, maka dia harus memiliki tujuan untuk memberikan manfaat bagi orang lain.

Dalam sebuah hadits disebutkan bahwa seharusnya setiap persendian manusia mengeluarkan sedekah setiap harinya, dan ternyata yang dimaksud dengan sedekah itu adalah kebaikan, utamanya kebaikan dan kemanfaatan dirinya kepada sesama.

Rasulullah SAW bersabda:

"Setiap persendian manusia diwajibkan untuk bersedekah setiap harinya mulai matahari terbit. Berbuat adil antara dua orang adalah sedekah. Menolong seseorang naik ke atas kendaraannya atau mengangkat barang-barangnya ke atas kendaraannya adalah sedekah. Berkata yang baik adalah sedekah. Begitu pula setiap langkah berjalan untuk menunaikan shalat adalah sedekah. Serta menyingkirkan suatu rintangan dari jalan adalah sedekah." (HR. Bukhari)

Seandainya kita ditakdirkan menjadi seorang pedagang atau pebisnis, maka tujuannya bukan hanya sekedar mengambil untung yang sebesar-besarnya. Akan tetapi bagaimanakah agar kita bisa memberikan manfaat kepada orang lain, membantu mereka memperoleh apa yang mereka butuhkan. Dengan demikian, pedagang dan pebisnis Muslim pantang menipu pelanggannya, bahkan ia bisa memberikan yang terbaik kepada mereka.


Selanjutnya, seandainya kita menjadi seorang guru, maka orientasinya bukanlah sekedar mengajar lalu setiap bulan mendapatkan gaji. Akan tetapi bagaimanakah agar kita bisa memberikan manfaat terbaik kepada peserta didik, selalu memikirkan bagaimana cara terbaik dalam melakukan pewarisan ilmu sehingga peserta didik lebih cerdas, lebih kompeten, dan berkarakter.

Kemudian, seandainya kita menjadi seorang petani, maka orientasinya adalah bagaimana agar kita menjadi petani yang baik, berusaha menghasilkan hasil panen yang terbaik agar bisa juga dinikmati oleh orang lain.

Jika kita dianugerahkan oleh Allah menjadi orang yang berilmu, maka berilah manfaat kepada orang lain dengan ilmu yang kita miliki, kita bagikan kepada orang lain, kita ajari, dan berdayakan mereka berupa ilmu pengetahuan, keterampilan hidup, serta keahlian dan profesi.

Jika kita mempunyai banyak harta, maka berilah manfaat kepada orang lain dengan harta yang kita miliki, kita manfaatkan harta yang dianugerahkan Allah untuk membantu sesama, baik berupa zakat, infak, dan sedekah. Sebaliknya, jika kita tidak mempunyai harta yang berlebih, maka memberikan manfaat kepada orang lain dapat kita lakukan dengan waktu dan tenaga.

Kelihatannya, memberikan manfaat kepada orang lain, membantu, dan menolong sesama itu membuat waktu kita tersita, harta kita berkurang, bahkan tenaga serta pikiran kita terporsir. Namun, ketahuilah, sesungguhnya saat kita memberikan manfaat kepada orang lain, pada hakikatnya kita sedang menanam kebaikan untuk diri kita sendiri. Jika kita menolong orang lain, maka Allah akan menolong kita.

Allah SWT berfirman:

"Jika kalian berbuat baik, sesungguhnya kalian berbuat baik bagi diri kalian sendiri." (QS. 17:7)

Rasulullah SAW bersabda:

"Barangsiapa membantu keperluan saudaranya, maka Allah membantu keperluannya." (Muttafaq 'alaih)

Akhirnya, marilah kita berusaha untuk menjadi pribadi Muslim yang selalu bisa memberikan manfaat kepada orang lain.

Amuntai, 7 Agustus 2023

Ahmad Khalidi