Rabu, 30 Agustus 2023

Rintik Toleransi di Desa Sungai Gula

Di sebuah desa kecil yang dikenal sebagai Desa Sungai Gula, berbagai warna dan nuansa agama saling bersatu dalam harmoni. Desa ini terletak di sebuah lembah yang hijau, dikelilingi oleh perbukitan yang memancarkan kedamaian. Meskipun penduduknya berasal dari berbagai latar belakang agama, mereka telah menjalin ikatan yang kuat berkat sikap toleransi yang mendalam.

Di Desa Sungai Gula, terdapat empat bangunan suci yang berjejer rapi: sebuah gereja dengan salib yang menjulang tinggi, sebuah masjid dengan menara yang elegan, sebuah kuil dengan ornamen indah, dan sebuah vihara yang dikelilingi oleh taman yang tenang. Setiap hari, penduduk desa saling mengunjungi tempat ibadah satu sama lain, bukan hanya untuk mengamati, tetapi juga untuk berpartisipasi dalam perayaan keagamaan.

Kisah kita berfokus pada dua tokoh utama: Rania dan Dian. Rania adalah seorang gadis muda yang beragama Islam, sementara Dian adalah seorang pemuda yang menganut agama Kristen. Meskipun memiliki latar belakang agama yang berbeda, persahabatan mereka telah terjalin sejak masa kecil.

Rania dan Dian adalah contoh hidup toleransi di Desa Sungai Gula. Mereka selalu berbagi cerita tentang perayaan agama mereka dan bahkan sering kali membantu satu sama lain dalam menyiapkan acara-acara tersebut. Pada suatu hari, ketika Rania dan Dian sedang duduk di bawah pohon rindang di pinggir desa, mereka berbicara tentang betapa pentingnya toleransi dalam masyarakat mereka.

Rania, kata Dian sambil merenung, aku merasa begitu bersyukur bisa tumbuh di Desa Sungai Gula. Aku belajar begitu banyak tentang agama-agama lain, dan ini membuatku lebih menghargai perbedaan dan persamaan di antara kita.

Rania mengangguk setuju. Benar, Dian. Kita semua adalah bagian dari keluarga besar yang beragam. Ketika kita saling memahami dan menghormati, dunia terasa lebih damai.

Namun, tak lama kemudian, kabar buruk datang. Suatu hari, sebuah insiden terjadi di desa tetangga yang melibatkan konflik agama. Berita itu mengingatkan mereka akan pentingnya menjaga kerukunan di Desa Sungai Gula.

 

Rania dan Dian memutuskan untuk mengadakan pertemuan dengan para pemimpin agama di desa mereka. Mereka berbagi ide tentang mengadakan program-program yang lebih intens untuk saling mengenal agama satu sama lain. Dalam waktu singkat, mereka berhasil merencanakan serangkaian kegiatan seperti diskusi agama, lokakarya seni bersama, dan pesta makanan khas dari setiap agama.

Desa Sungai Gula menjadi semakin hidup dengan kegiatan-kegiatan ini. Para penduduk desa terlibat dengan antusias, dan ikatan toleransi semakin kuat. Rania dan Dian merasa bangga melihat betapa efektifnya pendekatan mereka dalam memperkuat harmoni di desa.

Pada suatu hari, saat matahari terbenam di balik perbukitan, Rania dan Dian duduk di atas bukit kecil yang menghadap desa mereka. Mereka melihat cahaya dari bangunan-bangunan suci bersinar, menciptakan panorama yang memukau.

Rania, apakah kamu pernah berpikir betapa beruntungnya kita? tanya Dian.

Rania tersenyum. Tentu saja, Dian. Kita hidup di dunia di mana warna agama saling berpadu menjadi lukisan indah. Kita adalah bukti hidup bahwa toleransi adalah kunci untuk mewujudkan kehidupan yang damai.

Kisah Desa Sungai Gula mengingatkan kita akan pentingnya toleransi dalam menjaga kerukunan di tengah perbedaan agama. Melalui pemahaman, penghargaan, dan usaha bersama, masyarakat bisa mengatasi konflik dan membangun dunia yang lebih harmonis.

Nama               : Rahmad Hulbat

Angkatan        : I

Kelompok       : IV

Asal Instansi   : STAI Al Washliyah Barabai