Di sebuah desa kecil yang dikenal sebagai Desa Sungai Gula, berbagai warna dan nuansa agama saling bersatu dalam harmoni. Desa ini terletak di sebuah lembah yang hijau, dikelilingi oleh perbukitan yang memancarkan kedamaian. Meskipun penduduknya berasal dari berbagai latar belakang agama, mereka telah menjalin ikatan yang kuat berkat sikap toleransi yang mendalam.
Di Desa Sungai Gula, terdapat empat bangunan suci yang berjejer rapi: sebuah gereja dengan salib yang menjulang tinggi, sebuah masjid dengan menara yang elegan, sebuah kuil dengan ornamen indah, dan sebuah vihara yang dikelilingi oleh taman yang tenang. Setiap hari, penduduk desa saling mengunjungi tempat ibadah satu sama lain, bukan hanya untuk mengamati, tetapi juga untuk berpartisipasi dalam perayaan keagamaan.
Kisah kita
berfokus pada dua tokoh utama: Rania dan Dian. Rania adalah seorang gadis muda
yang beragama Islam, sementara Dian adalah seorang pemuda yang menganut agama
Kristen. Meskipun memiliki latar belakang agama yang berbeda, persahabatan
mereka telah terjalin sejak masa kecil.
Rania dan Dian
adalah contoh hidup toleransi di Desa Sungai Gula. Mereka selalu berbagi cerita
tentang perayaan agama mereka dan bahkan sering kali membantu satu sama lain
dalam menyiapkan acara-acara tersebut. Pada suatu hari, ketika Rania dan Dian
sedang duduk di bawah pohon rindang di pinggir desa, mereka berbicara tentang
betapa pentingnya toleransi dalam masyarakat mereka.
“Rania”, kata Dian sambil merenung, “aku merasa begitu bersyukur
bisa tumbuh di Desa Sungai Gula. Aku belajar begitu banyak tentang agama-agama
lain, dan ini membuatku lebih menghargai perbedaan dan persamaan di antara
kita.”
Rania mengangguk
setuju. “Benar,
Dian. Kita semua adalah bagian dari keluarga besar yang beragam. Ketika kita
saling memahami dan menghormati, dunia terasa lebih damai.”
Namun, tak lama
kemudian, kabar buruk datang. Suatu hari, sebuah insiden terjadi di desa
tetangga yang melibatkan konflik agama. Berita itu mengingatkan mereka akan
pentingnya menjaga kerukunan di Desa Sungai Gula.
Rania dan Dian
memutuskan untuk mengadakan pertemuan dengan para pemimpin agama di desa
mereka. Mereka berbagi ide tentang mengadakan program-program yang lebih intens
untuk saling mengenal agama satu sama lain. Dalam waktu singkat, mereka
berhasil merencanakan serangkaian kegiatan seperti diskusi agama, lokakarya
seni bersama, dan pesta makanan khas dari setiap agama.
Desa Sungai Gula
menjadi semakin hidup dengan kegiatan-kegiatan ini. Para penduduk desa terlibat
dengan antusias, dan ikatan toleransi semakin kuat. Rania dan Dian merasa
bangga melihat betapa efektifnya pendekatan mereka dalam memperkuat harmoni di
desa.
Pada suatu hari,
saat matahari terbenam di balik perbukitan, Rania dan Dian duduk di atas bukit
kecil yang menghadap desa mereka. Mereka melihat cahaya dari bangunan-bangunan
suci bersinar, menciptakan panorama yang memukau.
“Rania, apakah kamu pernah
berpikir betapa beruntungnya kita?” tanya Dian.
Rania tersenyum. “Tentu saja, Dian. Kita hidup
di dunia di mana warna agama saling berpadu menjadi lukisan indah. Kita adalah
bukti hidup bahwa toleransi adalah kunci untuk mewujudkan kehidupan yang damai.”
Kisah Desa Sungai Gula mengingatkan kita akan pentingnya toleransi dalam menjaga kerukunan di tengah perbedaan agama. Melalui pemahaman, penghargaan, dan usaha bersama, masyarakat bisa mengatasi konflik dan membangun dunia yang lebih harmonis.
Nama : Rahmad Hulbat
Angkatan : I
Kelompok : IV
Asal Instansi : STAI Al Washliyah Barabai